GLOBALISASI
Seminggu yang lalu, bahkan jauh hari sebelumnya. Aku dan Eliot mempersiapkan berbagai materi dan ide untuk mengemas EAD. Namun selalu saja,...
Seminggu yang lalu, bahkan jauh hari sebelumnya. Aku dan Eliot mempersiapkan berbagai materi dan ide untuk mengemas EAD. Namun selalu saja, kami kalah dengan diri kami sendiri. Rentang waktu dari penetuan topik hingga jadwal pelaksanaan berselang kurang lebih satu bulan. Waktu yang terlihat begitu panjang kemudian sedikit demi sedikit menyerang hingga kami merasa kalah dengan waktu, merasa kami kekurangan waktu untuk menampilkan materi yang sederhana dan menarik.
Sehari sebelum kami melaksanakan EAD, masih ada kegiatan volunteering yang membuat kami harus bijak mengatur waktu dan tenanga. Kuputuskan untuk tidak keluar rumah, Eliot mewakili pikirku. Aku kemudian berusaha mengedit beberapa slide yang akan kami tampilkan. Di meja makan, aku ditemani Kevin dan Gweneth. Mereka menayakan kabar EAD kami, sudah siap atau tidak?
Sehari sebelum kami melaksanakan EAD, masih ada kegiatan volunteering yang membuat kami harus bijak mengatur waktu dan tenanga. Kuputuskan untuk tidak keluar rumah, Eliot mewakili pikirku. Aku kemudian berusaha mengedit beberapa slide yang akan kami tampilkan. Di meja makan, aku ditemani Kevin dan Gweneth. Mereka menayakan kabar EAD kami, sudah siap atau tidak?
Kevin akan membantu kami, pelaksanaan EAD kami dilaksanakan di Art Galery. Semua itu berkat bantuan Kevin. Selain cerita tentang EAD, malam itu Gwenth juga menceritakan proses jatuh cinta. Sejarah yang kemudian kucatat rapi dalam buku sampul merahku malam itu. Cinta itu butuh proses panjang hingga kau yakin benar-benar bahwa itu cinta. Cinta adalah proses. Seperti itu yang bisa aku simpulkan. Cerita malam itu, setidaknya sedikit membuat aku merasa relax untuk mengerjakan EAD.
Tertawa, dan saling bercerita kisah hati yang berdebar saat pertama bertemu dengan orang yang dicintai. Dari Gwenth aku belajar untuk menguatkan hubungan, semua karena cinta. Aku juga menemukan beberapa kesamaan dengan Gwenth. Yang semasa kecil juga banyak menghabiskan waktu bersama nenek, dan aku kakek. Ketika semua sibuk, maka kami mencari tempat di dalamnya kita bebas menemukan ruang bermain. Tempat itu adalah "BUKU". Kami sama-sama senang melarikan diri dalam cerita yang ada dalam buku-buku. Menikmati kesendirian yang bisa membuat kami bebas tersenyum.
Malam itu, aku mengerjakan EAD dengan santai. Having FUN for tomorrow...
***
Aku bangun lebih pagi dari biasanya, bersiap-siap untuk menuju Art Galery. Membangunkan Eliot yang masih terlihat lelah, namun kesepakatan sebelum tidur sudah disetujui. Mau tidak mau, bangun lebih pagi demi EAD. Alhasil, kami bisa datang lebih pagi. Karena pagi itu gerimis, maka Kevin mengantar kami dengan mobil merahnya. Menuju Art Galery, sekitar 8 menit dari rumah.
Sampai di Art Galery, Kevin membantu menyiapkan perlengkapan EAD. LCD hingga layar dan lampu ruangan. Aku dan Eliot siap 30 menit sebelum peserta datang.
Pada saat menyusun materi itu, aku sedikit kesulitan. Globalisasi cukup menantang dengan istilah-istilah baru yang aku dapatkan. Rumit dan aku berusaha untuk menjadikannya sederhana. Sementara itu, Eliot juga masih sedikit khawatir dengan presentasinya. Masalah yang tak bisa berbicara di depan orang banyak. Untungnya semua berjalan lancar. Termasuk pembicara yang didatangkan, memberikan materi yang keren.
Team Monde juga membantu dengan luar biasa. Hingga Evaluasi semua peserta memberikan komentar yang positif. Yang kutakutkan materi akan membosankan, beruntung diatasi.
Berbicara tentang liberalisasi, deregulasi, dan pasar bebas cukup menyenangkan.
Namun, aku masih merasa tak ada apa-apanya. Merasa sangat bodoh berhadapan dengan Globalisasi. Aku membongkar file-file yang ditunjukkan Om Google, tentang Globalisasi. Semakin aku masuk ke dalam, ada ruang dimana aku merasa jauh tertinggal. Ada ancaman untuk diriku sendiri.
Globalisasi telah melahirkan dunia yang penuh dengan kepentingan. Aku pusing melihat fakta yang dihadiahkan usia dunia. Manusia yang terlahir dan besar dalam globalisasi akan terus berkembang, menantang terang yang mungkin sebentar lagi gelap.
Perihal pertanyaan usia dunia dan manusia-manusia yang bergembira atau bersedih dengan globalisasi. Sesulit apapun itu, selama aku masih berjalan, Tuhan pasti mempertemukanku.
Akan jadi apa aku, kamu atau kita di masa depan?
#Gambar ini di depan Art Galery
Post a Comment: